Rasanya Depresi
Depresi adalah hal terakhir yang harus aku percayai menimpaku selama satu atau dua tahun ini. Ya, rasanya sulit untuk mau menerima kenyataan dan dengan jelas mengatakan pada orang-orang bahwa aku depresi, Tapi satu hal yang orang lain tidak tahu adalah bahwa persepsi itu yang bisa membuatku semakin sadar. Karena persepsi itu adalah hal termudah yang bisa diterima orang lain dibandingkan aku harus menjelaskan alasan sesungguhnya, penyebab sesungguhnya yang kan malah menimbulkan kontradiksi dalam cara pandang orang lain terhadap aku.
Singkat cerita akhir tahun 2015 perasaan-perasaan aneh mulai muncul dan setiap harinya aku semakin tidak bisa mengenali dunia ini. Yang aku ingat aku sangat lamban memikirkan apa yang harus aku lakukan. Tugas pun selalu telat selesai. Aku mulai linglung dan merasa selalu gagal. Perasaan paling menakutkan yang sudah ada di hidupku entah sejak kapan adalah takut akan rasa bersalah. Aku terlalu lemah. Meskipun jutaan quotes aku baca setiap harinya di instagram, hal itu tetap tidak bisa merusak persepsi-persepsi gila yang semakin tahun semakin membunuh jiwaku, Kedua adalah perasaan takut bahwa orang lain sudah menganggap aku aneh, memang hal itu sudah terjadi dan aku mulai sadar bahwa persepsi tersebut yang paling banyak andil dalam proses ku menjadi depresi dan hilang kesadaran. Semakin hari aku semakin aneh, aku tidak sanggup meminta maaf pada mereka yang selalu aku repot kan karena memang saat itu aku sudah mulai gila.
Beberapa waktu kemudian aku memutuskan untuk pulang dan keadaan semakin memburuk. Kehilangan eksistensi diri adalah satu dari sekian konsekuensi yang harus aku alami karena sakitku itu, Menghilang dari kehidupan nyata ku karena aku mulai terperangkap pada kekacauan yang tak terlihat itu, Untuk kalian-kalian yang pernah mengalami hal yang sama, apakah kalian juga pernah berpikir bahwa sakit fisik rasanya lebih menyenangkan karena orang lain akan melihat lukamu, melihat tubuhmu yang penuh luka melihat seperti apa sakit mu sampai kamu harus berbaring dan dibantu, sedangkan ketika jiwa yang mulai rusak, apakah ada yang peduli? mereka mengira kita hanya manusia lemah yang tidak mampu membawa diri karena seolah tak terjadi apa-apa, diri kita baik-baik saja. Padahal jika mampu aku hanya ingin membuang isi otakku dan menggantinya dengan pribadi yang baru, Andai semudah itu.
Ketika aku pulang aku semakin menjadi-jadi sampai puncaknya setelah aku dibawa oleh orang tuaku ke beberapa tempat, aku pulang dengan keadaan pingsan parah karena di tempat itu aku sibuat menjerit dengan hebat sampai nafasku habis dan terkulai. Sore setelah jam isya aku membuka mata dan yang aku rasakan adalah pikiranku semakin kalut, marah sedih dan hancur jadi satu, pikiranku rasanya sangat kacau, sepersekian detik yang kupikirkan berubah, aku sudah gila karena mulai detik itu aku tidak bisa berbicara satu kata pun. Aku tidak bisa bicara. Aku cuma berbaring di kamarku, tidak menggubris siapa pun yang menyebut namaku, hanya menoleh lalu kembali memukul tembok, siapa pun yang datang rasanya aku ingin memukul kepala mereka, untuk itu sedikit kesadaran yang tersisa harus kupaksa untuk mengalihkannya pada tembok kamar ku, Berhari-hari keadaan itu berlanjut, sangat cukup membuat orang tua dan keluargaku prihatin dan sedih atas apa yang terjadi padaku, Makanan disediakan di meja dan aku makan tanpa berkata sedikitpun aku masih bisu.
Singkatnya aku sudah gila, mungkin detil sebabnya akan aku bahas di postingan yang lain yah, kalo aku udah siap untuk mengingat dan mengatakan. Selama kurang lebih 4 hari kepalaku rasanya penuh tapi kosong. Aku seperti tidak ada di sana, kembali lagi aku merasa seperti berada di pojok sebuah ruangan yang besar yang penuh dengan asap berwarna-warni. Namun asap itu begitu kuat dan tebal sampai-sampai menghalangi jiwaku untuk menguasai ruanganku yang kian hari kian berantakan itu. Apa yang aku katakan ini mungkin akan sulit kalian pahami tapi memang itu lah adanya. Mungkin orang-orang disekitarku masih tidak mau menerima kenyataanya apalagi diriku sendiri saat itu, aku sudah kehilangan semuaya hanya karena tidak sanggup mengatur hatiku sendiri. Yang lebih penting dari semuanya setelah aku sudah disadarkan, aku harus mampu menerima keadaanku sendiri. Diriku sendirilah yang harus menerima segala nya karena hanya aku yang merasakan itu. Karena hal terberat dari menjalani masa depresi adalah mecari logika yang sudah berceceran di tengah jalan, terinjak oleh ketakutan-ketakutan ku sendiri.
Untuk itu, untuk mengambil lagi logika-logika ku yang hilang, aku harus menyingkirkan batu-batu ketakutan yang menginjak mereka. Entah kerikil atau batu besar pelan-pelan aku mengangkat dan membuang mereka. Kadang aku sanggup membuang jauh namun jika batunya terlalu besar maka gumpalan ketakutan itu hanya bergeser sedikit, namun setidaknya aku lihat logika ku masih dapat hidup dan bernafas menghilangkan sedikit kekhawatiranku, Apakah ada pemikiran untuk mengakhiri hidup jika memang dikatakan depresi? Untuk beberapa titik dan saat aku sesekali memikirkan itu tapi aku masih jauh dari kata merealisasi. Artinya pemikiran merasa tidak berguna itu memang akan selalu menghampiri semua orang yang depresi dan pemikiran terakhir mereka adalah mengakhiri hidup. Ada yang bebannya terlalu berat dan sulit mendapat cahaya harapan maka dengan cepat dan penuh emosi mereka akan memilih untuk bunuh diri. Di satu sisi hatiku aku masih ingin mewujudkan segala keinginanku, Untuk itu pemikiran yang tidak diinginkan itu bisa dikatakan masih sangat jauh dari diriku.
Selama beberapa hari dan beberapa bulan kemudia kau masih saja merasa aneh dan kadang tidak dapat mengontrol pikiranku tapi semuanya berjalan perlahan, Pastikan untuk memiliki sesuatu untuk diperhatikan agar otak kembali bisa digunakan untuk berpikir.Maka aku memutuskan untuk adopsi kucing jalanan yang ada di pasar yang sampai sekarang masih ada di rumah, aku beri nama umil. Setiap hari aku cuma meperhatikan dia, belajar bicara dan perhatian terhadap suatu hal. mengenalkan kotak pasir, membuat makanan rebusnya, sampai memberi obat rutin untuk matanya agar tidak sampai buta, Itulah secara singkat, sedikit cerita mengenai masa-masa sulit yang aku alami, Tak nampak menarik tapi semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Entah sudah ada atau tidak nilai yang bisa didapat yang jelas cerita ini secara luasnya akan aku lanjutkan di postingan selanjutnya, Jika ada yang ingin ditanyakan jangan ragu untuk meberikan komentar ya!
Singkat cerita akhir tahun 2015 perasaan-perasaan aneh mulai muncul dan setiap harinya aku semakin tidak bisa mengenali dunia ini. Yang aku ingat aku sangat lamban memikirkan apa yang harus aku lakukan. Tugas pun selalu telat selesai. Aku mulai linglung dan merasa selalu gagal. Perasaan paling menakutkan yang sudah ada di hidupku entah sejak kapan adalah takut akan rasa bersalah. Aku terlalu lemah. Meskipun jutaan quotes aku baca setiap harinya di instagram, hal itu tetap tidak bisa merusak persepsi-persepsi gila yang semakin tahun semakin membunuh jiwaku, Kedua adalah perasaan takut bahwa orang lain sudah menganggap aku aneh, memang hal itu sudah terjadi dan aku mulai sadar bahwa persepsi tersebut yang paling banyak andil dalam proses ku menjadi depresi dan hilang kesadaran. Semakin hari aku semakin aneh, aku tidak sanggup meminta maaf pada mereka yang selalu aku repot kan karena memang saat itu aku sudah mulai gila.
Beberapa waktu kemudian aku memutuskan untuk pulang dan keadaan semakin memburuk. Kehilangan eksistensi diri adalah satu dari sekian konsekuensi yang harus aku alami karena sakitku itu, Menghilang dari kehidupan nyata ku karena aku mulai terperangkap pada kekacauan yang tak terlihat itu, Untuk kalian-kalian yang pernah mengalami hal yang sama, apakah kalian juga pernah berpikir bahwa sakit fisik rasanya lebih menyenangkan karena orang lain akan melihat lukamu, melihat tubuhmu yang penuh luka melihat seperti apa sakit mu sampai kamu harus berbaring dan dibantu, sedangkan ketika jiwa yang mulai rusak, apakah ada yang peduli? mereka mengira kita hanya manusia lemah yang tidak mampu membawa diri karena seolah tak terjadi apa-apa, diri kita baik-baik saja. Padahal jika mampu aku hanya ingin membuang isi otakku dan menggantinya dengan pribadi yang baru, Andai semudah itu.
Ketika aku pulang aku semakin menjadi-jadi sampai puncaknya setelah aku dibawa oleh orang tuaku ke beberapa tempat, aku pulang dengan keadaan pingsan parah karena di tempat itu aku sibuat menjerit dengan hebat sampai nafasku habis dan terkulai. Sore setelah jam isya aku membuka mata dan yang aku rasakan adalah pikiranku semakin kalut, marah sedih dan hancur jadi satu, pikiranku rasanya sangat kacau, sepersekian detik yang kupikirkan berubah, aku sudah gila karena mulai detik itu aku tidak bisa berbicara satu kata pun. Aku tidak bisa bicara. Aku cuma berbaring di kamarku, tidak menggubris siapa pun yang menyebut namaku, hanya menoleh lalu kembali memukul tembok, siapa pun yang datang rasanya aku ingin memukul kepala mereka, untuk itu sedikit kesadaran yang tersisa harus kupaksa untuk mengalihkannya pada tembok kamar ku, Berhari-hari keadaan itu berlanjut, sangat cukup membuat orang tua dan keluargaku prihatin dan sedih atas apa yang terjadi padaku, Makanan disediakan di meja dan aku makan tanpa berkata sedikitpun aku masih bisu.
Singkatnya aku sudah gila, mungkin detil sebabnya akan aku bahas di postingan yang lain yah, kalo aku udah siap untuk mengingat dan mengatakan. Selama kurang lebih 4 hari kepalaku rasanya penuh tapi kosong. Aku seperti tidak ada di sana, kembali lagi aku merasa seperti berada di pojok sebuah ruangan yang besar yang penuh dengan asap berwarna-warni. Namun asap itu begitu kuat dan tebal sampai-sampai menghalangi jiwaku untuk menguasai ruanganku yang kian hari kian berantakan itu. Apa yang aku katakan ini mungkin akan sulit kalian pahami tapi memang itu lah adanya. Mungkin orang-orang disekitarku masih tidak mau menerima kenyataanya apalagi diriku sendiri saat itu, aku sudah kehilangan semuaya hanya karena tidak sanggup mengatur hatiku sendiri. Yang lebih penting dari semuanya setelah aku sudah disadarkan, aku harus mampu menerima keadaanku sendiri. Diriku sendirilah yang harus menerima segala nya karena hanya aku yang merasakan itu. Karena hal terberat dari menjalani masa depresi adalah mecari logika yang sudah berceceran di tengah jalan, terinjak oleh ketakutan-ketakutan ku sendiri.
Untuk itu, untuk mengambil lagi logika-logika ku yang hilang, aku harus menyingkirkan batu-batu ketakutan yang menginjak mereka. Entah kerikil atau batu besar pelan-pelan aku mengangkat dan membuang mereka. Kadang aku sanggup membuang jauh namun jika batunya terlalu besar maka gumpalan ketakutan itu hanya bergeser sedikit, namun setidaknya aku lihat logika ku masih dapat hidup dan bernafas menghilangkan sedikit kekhawatiranku, Apakah ada pemikiran untuk mengakhiri hidup jika memang dikatakan depresi? Untuk beberapa titik dan saat aku sesekali memikirkan itu tapi aku masih jauh dari kata merealisasi. Artinya pemikiran merasa tidak berguna itu memang akan selalu menghampiri semua orang yang depresi dan pemikiran terakhir mereka adalah mengakhiri hidup. Ada yang bebannya terlalu berat dan sulit mendapat cahaya harapan maka dengan cepat dan penuh emosi mereka akan memilih untuk bunuh diri. Di satu sisi hatiku aku masih ingin mewujudkan segala keinginanku, Untuk itu pemikiran yang tidak diinginkan itu bisa dikatakan masih sangat jauh dari diriku.
Selama beberapa hari dan beberapa bulan kemudia kau masih saja merasa aneh dan kadang tidak dapat mengontrol pikiranku tapi semuanya berjalan perlahan, Pastikan untuk memiliki sesuatu untuk diperhatikan agar otak kembali bisa digunakan untuk berpikir.Maka aku memutuskan untuk adopsi kucing jalanan yang ada di pasar yang sampai sekarang masih ada di rumah, aku beri nama umil. Setiap hari aku cuma meperhatikan dia, belajar bicara dan perhatian terhadap suatu hal. mengenalkan kotak pasir, membuat makanan rebusnya, sampai memberi obat rutin untuk matanya agar tidak sampai buta, Itulah secara singkat, sedikit cerita mengenai masa-masa sulit yang aku alami, Tak nampak menarik tapi semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Entah sudah ada atau tidak nilai yang bisa didapat yang jelas cerita ini secara luasnya akan aku lanjutkan di postingan selanjutnya, Jika ada yang ingin ditanyakan jangan ragu untuk meberikan komentar ya!
Komentar
Posting Komentar
Silahkan berkomentar jika apa yang kamu lihat dan baca menimbulkan beberapa kritik dan saran :D