Perjuangan apa

Mungkin hidupku terlalu normal dan aku tidak cukup berjuang untuk menjadi hidup. Ketika orang lain menghadapi berbagai tempaan. mungkin aku masih saja berdiam, memilih jalan yang kukira aman, padahal tanpa aku sadari semua akan tetap berjalan dengan kesulitan masing-masing.

Kita tidak merasa khawatir ketika kita memang sudah tidak hidup. Manusia akan selalu terselimuti kekhawatiran, untuk itu akan ada sedikit usaha untuk membuatnya menjadi suatu pencapaian. Masih banyak sekali orang-orang yang menjadi sangat pemalas dalam memperjuangkan hidupnya dengan alasan keterbatasan akan apa yang mereka miliki. Merasa bahwa tak perlu adanya perjuangan untuk mewujudkan sesuatu, berkata hidup apa adanya saja. Seadanya begini ya beginilah nasibku.

Menghindar sejatinya tidak menjauhkan kita dari masalah, malah memunculkan masalah baru. Untuk banyak waktu aku masih merasa bodoh karena terkuasai oleh ketakutan. Sepertinya semua orang yang bersalah tak ada yang ingin disalahkan, itulah kenapa mengaku salah adalah perbuatan yang paling berat di dunia ini bahkan berbuat baik untuk orang lain saja masih lebih mudah dibandingkan mengakui kesalahan diri sendiri.

Untuk bisa menjadi lebih optimis setelah merasa sangat depresif adalah hal sulit. Seperti yang pernah aku katakan, ketika merasa sudah tidak ada lagi yang membuat diri merasa hidup di situlah titik depresi mulai terasa karena semua logika-logika dan pemikiran yang realistis sudah hancur berkeping-keping karena terpukul berkali-kali oleh trauma dan ketakutan. Ditambah lagi adanya kesalahan dalam menentuka motivasi hidup. Aku harus mulai mencari metivasi bahwa semua hal yang terjadi pada diriku harus aku lakukan karena diriku sendiri bukan untuk orang lain, bukan untuk menjaga image ku terhadap orang lain. Karena jika aku masih sja memikirkan akankah orang lain menganggapku baik, maka diriku sendiri tak akan pernah bisa menintai diriku sendiri. Aku akan selalu meragukan kemampuan ku sendiri, meragukan segala yang aku lakukan sudah benarkah semuanya. Dan akan berakhir sama, terbaring dengan otak yang sudah kosong karena logika yang hilang berserakan di jalanan.

Untuk kembali mencari logika itu sangat sulit karena kemana sajakah aku melangkah sudah terlupakan dari pikiranku karena terlalu sakit untuk mengingat kenangan yang aku tahu hanya akan membuatku semakin lemah. Hal yang benar-benar baru sudah menantiku, sudah waktunya berubah karena diriku sendiri. Karena aku sudah membuang segala rasa ku dengan percuma, Semua aku lakukan dengan alasan agar orang lain di sekitarku tak merasa terganggu. Namun keegoisanku tetap terpendam dan menjadi sebuah bom waktu yang meledakkan hidupu sampai pada titik aku harus mulai memperhatikan kebaikan ku sendiri. Membuang jauh rasa bersalah karena yang berhak mengatakan salah benar adalah Allah. Sementara aku harus tetap mencari.

Mencintai adalah perkara lain yang sulit, rasanya aku jg kehilangan hatiku, kehilangan empatiku. Mungkin aku mencintai dengan salah. Seharusnya aku lebih mencintai diriku sendiri, dengan begitu aku biaa lakukan hal yang membuat diriku bahagia bukan hanya membiarkan orang lain yang aku cintai bahagia tapi tak ada rasa cinta yang tersisa untuk diriku. Kalian tahu apa yang dirasa ketika kalian btuh cinta tapi tak dicintai? Hanya sakit yang terasa, seperti itulah sederhananya. Diriku tak mencintai ku, maka aku menjadi hancur karena yang aku cintai tak mencintai ku juga. Aku membiarkan diriku terbunuh karena tidak sanggup menjaga hatiku sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hymne SMA Trimurti Surabaya

my yogurt philosophy

Oplosan Dry Food Kucing - Review Pakan Kucing